Academia.eduAcademia.edu
Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021 The Existence of Lasem Batik Entrepreneurs during the Covid-19 Pandemic Nanang Adie Setyawan Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang, Semarang, Indonesia Email: nanangadie@polines.ac.id ABSTRACT This research was conducted to determine the existence of batik lasem entrepreneurs in Rembang district during Covid-19 pandemic. Respondents were all batik lasem entrepreneurs according to data from The Department of Industry, Trade, Cooperatives and SMEs, Rembang Regency, totaling 120 entrepreneurs. This study uses confirmatory factor analysis techniques and maximum likelihood estimation in SEM (Structural Equations Modeling) from the statistical package AMOS 24.0 (Analysis of Moment Structure). The data collection technique used a questionnaire with a semantic differential scale. The results of study is consistent with the hypothesis which shows that entrepreneurial orientation significantly affects the performance of the batik SME business with a koefisien standardized estimated 0.451 and P-value ***, as well as environmental adaptability has a positive effect on the batik SME business performance with a koefisien standardized estimated 0.555 and P-value ***. From this research it can be learned that entrepreneurs can still rise from adversity during covid 19 pandemic if they are able to adapt to the current environment that tends towards digitalization while still hold firmly to the principles of entrepreneurship. Keywords: Existence, SME`s Business Performance, Covid-19, Entrepreneurial Orientation, Environmental Adaptability. Eksistensi Pengusaha Batik Lasem di Masa Pandemi Covid-19 Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui eksistensi para pengusaha batik lasem di kabupaten Rembang di tengah pandemi covid-19. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha batik lasem menurut data dari Dinas Perindakop & UKM Kab. Rembang yang berjumlah 120 pengusaha. Penelitian ini menggunakan teknik analisis faktor konfirmatori dan maximum likehood estimation pada SEM (Structural Equations Modeling) dari paket statistik AMOS 24.0 (Analysis of Moment Structure). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala semantik diferensial. Hasil estimasi parameter sesuai dengan hipotesis bahwa orientasi kewirausahaan secara signifikan mempengaruhi kinerja bisnis UKM batik dengan nilai estimasi koefisien standardized 0,451 dan P-Value ***, begitu pula dengan adaptabilitas lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis UKM batik dengan nilai estimasi koefisien standardized 0,555 dan P-Value ***. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ditengah pandemi covid-19 saat ini para pengusaha masih bisa bangkit dari keterpurukan apabila mampu beradaptasi dengan lingkungan saat ini yang cenderung ke arah digitalisasi dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip kewirausahaan. Kata kunci : Eksistensi, Kinerja Bisnis UKM, Covid-19, Orientasi Kewirausahaan, Adaptabilitas Lingkungan. https://jurnal.polines.ac.id/index.php/admisi 61 Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72 PENDAHULUAN Penularan virus corona atau dikenal secara medis dengan sebutan covid-19 yang ditemukan pertama kali oleh otoritas pemerintah China pada tanggal 7 januari 2020 sampai saat ini masih menjadi hal yang mengkhawatirkan di dunia internasional, termasuk Indonesia. Dalam kurun waktu tiga bulan, terdapat lebih dari 117 ribu kasus di 114 negara termasuk Indonsia. Kasus penyebaran Covid 19 di Indonesia saat ini terus bertambah dan menjadi penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun global dikarenakan menurunnya mobilisasi dan produktivitas masyarakat secara keseluruhan. Penanggulangan kemacetan ekonomi mulai diupayakan oleh pemerintah dan seluruh warga negara dengan bahu-membahu dalam mencari formula yang tepat untuk memutus rantai penyebaran covid-19 dan memulihkan kondisi ekonomi nasional. Penerapan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) melalui social distancing dan work from home (WFH) menjadi solusi awal untuk menghambat penyebaran covid 19. Gambar 1. Data Perusahaan Indonesia yang terdampak Pandemi Covid-19. Sumber: Data primer yang diolah (2020) Menurut data International Labour Organization (ILO), pada bulan Mei 2020 tercatat sebesar 65% dunia usaha di Indonesia menghentikan operasi perusahaannya akibat pandemi virus corona. Data di atas menjelaskan bahwa sekitar 65% usaha di Indonesia terkena dampak langsung pandemi covid-19. International Labour Organization (ILO) mengemukakan bahwa potensi kebangkrutan bagi perusahaan berskala kecil tiga kali lebih besar daripada perusahaan berskala menengah dan besar. Hal serupa juga dialami oleh industri tekstil di Indonesia yang turut mengalami penurunan pendapatan dan berpotensi mengalami kebangkrutan di masa pandemi ini dan menyumbang penurunan devisa bagi negara, sementara berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian Republik 62 Indonesia pada Tahun 2019 tercatat nilai ekspor produk batik menapai US$17,99 juta dengan tujuan ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Salah satu industri tekstil yang terdampak cukup parah oleh pandemi covid19 ialah industri batik lasem di Rembang, Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Rembang pengusaha batik lasem saat ini berjumlah 120 pengusaha dari berbagai kecamatan di Kabupaten Rembang. Menurut informasi dari pengusaha batik lasem bahwa dari 10 tahun terakhir tahun 2020 merupakan masa tersulit. Adanya pandemi covid-19 memangkas pendapatan mereka lebih dari 60% dari biasanya. Demi menjaga eksistensi produksi batik lasem agar tidak mengalami gulung tikar, perlu adanya Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021 upaya yang serius untuk mempertahankan keberlangsungan usaha atau lebih dikenal dengan business continuity. Namun, dikarenakan bisnis batik di Lasem merupakan bisnis dalam skala kecil dan rumahan, rata-rata para pengusaha batik masih jarang menerapkan manajemen yang baik dalam berwirausaha. Oleh karenanya, untuk menjaga stabilitas usaha industri batik lasem di masa pandemi perlu adanya adaptasi dengan kondisi lingkungan saat ini melalui transformasi digital serta mempertahankan jiwa kewirausahaan agar tetap berinovasi dan proaktif. Menurut (Wang, 2008) orientasi kewirausahaan merupakan suatu orientasi pengusaha supaya berinovasi dalam produknya, mempunyai keberanian mengambil resiko dari keputusan bisnis yang dia ambil dalam usahanya, dan selalu bersikap proaktif dalam menghadapi para pesaing dalam industri yang sama. Pengamatan lingkungan guna mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh para pesaing, apa yang diminati oleh pelanggan, serta pengamatan melalui informasi tentang kejadian, tren, hubungan dengan suatu lingkungan eksternal perusahaan ialah tindakan cara beradaptasi dengan kondisi bisnis yang mana menjadi referensi bagi manajemen guna merencanakan strategi dan tindakan di masa depan. (Meutia, 2013). Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana pengaruh orientasi kewirausahaan dan adapatabilitas lingkungan terhadap kinerja bisnis UKM pada pengusaha batik lasem di Kabupaten Rembang dalam masa pandemi Covid-19”. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana eksistensi para pengusaha batik Lasem dalam mempertahankan kinerja bisnis UKM batik melalui orientasi kewirausahaan dan adaptabilitas lingkungan di masa pandemi covid-19, Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, bermanfaat bagi para pengusaha batik lasem di Kabupaten Rembang guna mempertahankan eksistensi mereka di masa pandemi covid-19, serta menjadi bahan informasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang dalam melakukan program binaan kepada UMKM Batik Lasem. Tinjauan Pustaka Kinerja Bisnis Suatu perusahaan yang ingin memiliki keunggulan dalam persaingan bisnis perlu menciptakan model bisnis yang dirancang dengan cermat (Meutia, 2013). Menurut Meutia (2013) bahwa model bisnis merupakan nilai yang diciptakan oleh perusahaan kemudian didstribusikan kepada konsumen dan menuju pada tahap pembayaran yang menghasilkan keutungan. Beals (2000) Mengemukakan tantangan terbesar dalam pengukuran kinerja adalah tingkat kompleksitas yang tinggi dari sebuah konstruk, Sifat kinerja yang multi dimensional mampu membuat pengukuran tunggal tidak memberikan pemahaman secara komprehensif. Akan tetapi (Wang, 2008) mengutarakan bahwa pengukuran berdasarkan objektif dan persepsi bisa digunakan untuk mengukur dan menganalisa kinerja bisnis perusahaan dalam mencapai sasaran yang di targetkan sebagai gambaran keberhasilan dari perusahaan tersebut. Kinerja Bisnis ialah hasil dari berbagai tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat diukur serta merupakan konstruk umum yang sering dipakai guna mengukur hasil dari strategi perusahaan. (Wiklund & Shepherd, 2003) menemukan ada beberapa indikator variabel kinerja bisnis yang dapat dijadikan acuan dalam sebuah penelitian meliputi: Pertumbuhan Pelanggan, Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Keuntungan, Pertumbuhan Aset. Orientasi Kewirausahaan 63 Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72 Selaku penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa seorang wirausahawan di tuntut untuk mengubah dan mengembangkan sumber daya yang ada menjadi produk/jasa yang bernilai, berguna dan bermanfaat serta dapat menciptakan pertumbuhan di industri. Berlimpahnya berbagai istilah tentang gambaran dari kewirausahaan tidak membuat pengertiannya berbeda (Wang, 2008). Eisner, Lumpkin, Dess, (2008) dalam jurnalnya mengemukakan ada lima dimensi yang mendasari Orientasi kewirausahaan yakni : (1) Autonomy (kedaulatan bertindak) ialah keinginan akan tindak kemandirian (independently) agar visi atau kesempatan kewirausahaan bisa maju dan berkembang, (2) Innovativeness (inovasi) ialah keinginan badan usaha dalam menunjukan dan memamerkan produk kontemporer setelah melewati kreatifitas dan pengujian dengan harapan pengembangan produk baru, proses baru, atau servis baru, (3) Proactiveness (proaktif) ialah sebagai dasar bagaimana suatu perusahaan melihat pergerakan lingkungan supaya bisa menciptakan keunggulan melalui penciptaan produk baru maupun proses persaingan ke depan, (4) Competitive aggressiveness (agresifitas bersaing) ialah keinginan suatu badan usaha supaya bisa unggul dari pada pesaing, dan (5) Risk taking (menghadapi resiko) ialah kesiapan suatu badan usaha dalam menghadapi resiko atas keputusan yang diambil dengan tanggungjawab yang besar dari hasil yang belum bisa dipastikan dan kondisi pasar yang masih belum diketahui. Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya yang menguraikan terkait indikator dari orientasi kewirausahaan, maka dalam penelitian ini diambil empat indikator yang mewakili orientasi kewirausahaan yaitu, inovasi (Innovativeness), proaktif (Proactiveness), Agresifitas bersaing (Competitive aggressiveness) dan menghadapi resiko (Risk Taking). Adaptabilitas Lingkungan 64 Salmones & Yin, (2014) mengemukakan dalam teori kontigensi yang merupakan akar dari konsep adaptasi terhadap lingkungan perusahaan yang muncul di tahun 1960-an menerangkan bahwa kemampuan beradaptasi ialah kapabilitas organisasi untuk merubah sumber daya internal guna menanggapi kondisi lingkungan eksternal. Kemampuan beradaptasi berada di tingkat yang berbeda yaitu kemampuan mengikuti perubahan lingkungan dan tindakan baru dalam melaksakanan strategi, kemampuan mengatasi masalah dan antisipasinya, kemampuan menyesuaikan dengan cepatnya perubahan lingkungan, dan kemampuan melewati krisis dan ketidakpastian lingkungan. Homburg, et. al, (2008) mengutarakan tingkat persaingan yang kompleks pada abad ini disebabkan oleh revolusi teknologi dan globalisasi yang membuat lapangan persaingan semakin ketat. Kaburnya batasan yang pasti antar industri dan dinamika lingkungan eksternal yang semakin tidak dapat diprediksi, meningkatnya ketidakpastian, menyebabkan ketepatan dan kecepatan respon terhadap perubahan lingkungan menjadi faktor penting dalam kesuksesan bagi perusahaan. Oleh karena itu, pada masa sekarang kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal sedang diuji untuk mencapai keunggulan bersaing. (Salmones & Yin, 2014). Menurut keterangan (Gibbons, 2003) kemampuan adaptasi lingkungan ialah kemampuan pengusaha dalam merespon dengan cepat ketika ada perubahan. Faktor intensitas kompetisi merupakan bagian dari penyebab suatu organisasi diwajibkan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, dengan kemajuan teknologi saat ini dunia bisnis harus mampu mengubah pola konvensional ke arah digitalisasi dengan tranformasi digital. Meutia (2013) mengemukakan transformasi digital memiliki tujuan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kinerja atau jangkauan dari Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021 sebuah perusahaan secara umum. METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam penelititan ini adalah data primer yang diolah secara kuantitatif. Adapun sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei dan wawancara dengan menggunakan kuisioner dengan skala semantik diferensial kepada para pengusaha batik lasem yang berjumlah 120 responden, penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengambil data dari seluruh populasi. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang, Penganalisaan data penelitian ini menggunakan teknik analisis faktor konfirmatori dan maximum likehood estimation pada SEM (Structural Equations Modeling) dari paket statistik AMOS 24.0 (Analysis of Moment Structure). Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu meliputi: (1) Pengembangan model berdasarkan teori, (2) Menyusun diagram jalur dan persamaan struktural, (3) Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan, (4) Menilai identifikasi model struktural (5) Menilai Kriteria Goodness of fit, (7) Interpretasi dan modifikasi model (Ghozali, 2017). Dalam menilai kriteria goodness of fit hasil pengujian signifikansi model dilaksanakan dengan cara menguji Chi Square (model dikatakan semakin baik apabila semakin kecil nilai χ2, dan bisa diterima berasaskan probabilitas dengan cut-off value sebesar p> 0,05 atau p>0,010), GFI (Goodness of fit Index), CFI (Comparative Fit Index), AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation), TLI (Tucker Lewis Index), CMIN/DF (The Minimum Sample Discrepancy Function Devided with degree of freedom), adalah statistik chisquare χ2 di bagi dengan degree of freedom-nya maka disebut χ2 relative. Ada beberapa pengujian asumsi evaluasi model struktural yang harus dicermati untuk menentukan kriteria goodness of fit yaitu evaluasi univariate outliar, multivariate ouliar, evaluasi normalitas data, dan evaluasi Multikolinearitas (Ghozali, 2017). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Ghozali (2017) menjelaskan bahwa indikator dari variabel disebut valid jika nilai estimate pada Standardized Regression Weights atau lebih dikenal dengan loading faktor lebih besar dari 0,05. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel Orientasi Kewirausahaan memiliki nilai construct reliability sebesar 0.829, Adaptabilitas Lingkungan 0.801, Kinerja Bisnis UKM 0.814. Nilai construct reliability dari ketiga variabel tersebut lebih besar dari cut off value 0,7 maka indikator-indikator memiliki konsistensi internal yang baik. Kemudian untuk nilai variance extracted, variabel Orientasi Kewirausahaan memiliki sebesar 0.550, Adaptabilitas Lingkungan 0.503, Kinerja Bisnis UKM 0.523. Nilai variance extracted akan lebih kecil dibandingkan dengan nilai construct reliability. Oleh karena ketiga variabel memperoleh nilai varaince extracted >0.50 maka seluruh indikator dinyatakan reliabel (Ghozali, 2017). sebagaimana disajikan pada Tabel 1. 65 Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72 Tabel 1 Uji Validitas dan Reliabilitas Standard Standard Measuremen Variance Contruct Loading Loading2 Error Variabel Laten Extracted Reliability (Loading 2 2 (AVE) (CR) (⅀λi ) (1 - ⅀λi ) Factor) OK1 0,773 0,59753 0,40247 OK2 0,770 0,5929 0,4071 Orientasi 0,55076 0,82971 Kewirausahaan OK3 0,779 0,60684 0,39316 OK4 0,637 0,40577 0,59423 2,959 2,20304 1,79696 ⅀λi AL1 0,771 0,59444 0,40556 AL2 0,679 0,46104 0,53896 Adaptabiltias 0,50345 0,80173 Lingkungan AL3 0,675 0,45563 0,54438 AL4 0,709 0,50268 0,49732 2,834 2,01379 1,98621 ⅀λi KB1 0,762 0,58064 0,41936 KB2 0,734 0,53876 0,46124 Kinerja Bisnis 0,5234 0,81416 UKM KB3 0,733 0,53729 0,46271 KB4 0,661 0,43692 0,56308 2,890 2,09361 1,90639 ⅀λi Sumber: Data primer yang diolah (2020) Evaluasi Normalitas Data Assessment of normality merupakan output untuk menguji apakah data terdistribusi secara normal sebagai syarat asumsi yang harus dipenuhi dengan Maximum Likehood. Normalitas secara univariat dapat di lihat dari besaran nilai Critical Ratio (CR) dari skewness dan Critical Ratio (CR) dari 66 kurtosis dengan rentang ± 2,58 dan dan Normalitas secara multivariate dapat dilihat di kolom paling bawah Critical Ratio (CR) dari kurtosis dengan rentang ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0.01 (Ghozali, 2017). Adapun normalitas data melalui AMOS 24 sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021 Tabel 2 Assessment of normality Variable min max skew c.r. kurtosis KB4 1,000 5,000 -,014 -,062 -,359 KB3 1,000 5,000 ,003 ,015 -,324 KB2 1,000 5,000 ,011 ,049 -,330 KB1 1,000 5,000 ,007 ,030 -,403 AL4 1,000 5,000 -,019 -,086 -,362 AL3 1,000 5,000 -,033 -,149 -,398 AL2 1,000 5,000 -,002 -,008 -,407 AL1 1,000 5,000 ,014 ,064 -,441 OK4 1,000 5,000 ,017 ,075 -,364 OK3 1,000 5,000 ,032 ,141 -,407 OK2 1,000 5,000 -,026 -,117 -,393 OK1 1,000 5,000 ,015 ,069 -,373 Multivariate 1,952 Sumber: Data primer yang diolah (2020) Evaluasi Univariate & Multivariate Outlier Mahalanobis Distance digunakan untuk mengukur apakah ada data yang outlier yaitu mendeteksi skor observasi yang jauh berbeda dengan skor centroid untuk 120 kasus. Pada tabel 4.3 dapat di lihat bahwa jarak minimal mahalanobis yaitu sebesar 7,629 dan maksimal adalah 24,812. Ada atau tidaknya outlier dapat diketahui dari nilai mahalanobis yang melebihi nilai chi – square. Adapun chi – square dengan derajat kebebasan 12 (jumlah indikator variabel) pada tingkat signifikansi 0,001 yaitu 26.216. maka tidak terdapat outlier (Ghozali, 2017) Evaluasi Multikolinearitas Menurut (Hair et al, 2010) gejala multikolineritas bisa di lihat melalui matrix sample correlations, jika nilai yang dihasilkan dari tiap-tiap indikator lebih kecil dari (<) 0,90 maka dapat dinyatakan tidak terdapat gejala multikoleniaritas. Hasil olah data pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas pada matrix sample c.r. -,803 -,725 -,739 -,901 -,809 -,890 -,909 -,987 -,814 -,911 -,880 -,834 ,583 correlations. Interpretasi dan Modifikasi Model Esensi dari SEM ialah penentuan fit antara restricted covariance matrix dan sample covariance matrix, maka model dapat dikatakan baik, apabila nilai dari Standardized Residual Covariance adalah tidak melebihi +2,58 (Ghozali, 2017). Adapun Hasil Standardized Residual Covariance pada output model penelitian menyatakan tidak ada nilai yang melebihi dari standar yang telah ditentukan. Hasil Pengujian Model Persamaan Struktural Dalam penelitian ini dibentuklah model persamaan struktural menggunakan aplikasi AMOS 24 dengan tiga konstruk atau variabel latent yang terdiri dari orientasi kewirausahaan, adaptablitas lingkungan dan kinerja bisnis UKM dengan masing-masing variabel latent diukur oleh empat variabel manifest (Ghozali, 2017). 67 Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72 Sumber: Data primer yang diolah (2020) Gambar 2. Model Struktural Penelitian Hasil pengujian terhadap kriteria goodness of fit dalam program AMOS 24 menunjukan bahwa analisis structural equation modeling dalam penelitian ini dapat diterima sesuai dengan model fit dengan nilai Chi-square =56,035, Probabilitas = 0,172 DF = 47, GFI = 0.927, AGFI = 0,879, CFI = 0,991, TLI = 0,987 dan RSMEA = 0,040. Berdasarkan model fit ini dapat disimpulkan bahwa model memenuhi kriteria goodness of fit. Oleh karena itu model persamaan strutural pada penelitian ini cocok dan layak untuk digunakan sehingga dapat dilakukan interpresi guna pembahasan lebih lanjut (Ghozali, 2017). sebagaimana disajikan pada Gambar 2 & Tabel 3. Tabel 3 Kriteria Cut Value Hasil Evaluasi GoodnessHasil Evaluasi Cut of Value of-fit indek Analisis Model Chi-Square (Kecil) ≤64.000 56.035 Baik Probability ≥0.05 0.172 Baik GFI ≥0.90 0.927 Baik AGFI ≥0.90 0.879 Marginal TLI ≥0.90 0.987 Baik CFI ≥0.90 0.991 Baik DF ≤2.00 47 Baik RMSEA ≤0.08 0.040 Baik Sumber: Data primer yang diolah (2020) Hasil output pada Regression Weights menerangkan bahwa setiap indikator atau variabel manifest yang mencerminkan variabel latent memiliki nilai critical ratio 68 (CR) lebih besar (>) dari 1,96 sama dengan nilai t pada regresi (>)1,96 dan P (Probabilitas signifikansi) dengan *** berarti by default signifikan pada 0.001. Hasil output hubungan Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021 struktural dari tiga konstruk menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis UKM dengan nilai estimasi sebesar 0,451 dan signifikan pada p-value yang dihasilkan (kolom P) berupa tiga buah asterik (***) yang berarti nilainya sangat kecil (< 0,001) (Ghozali, 2017). Kemudian adaptabilitas lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis UKM dengan koefisien standardized sebesar 0,555 dan signifikan pada p-value dengan kode asterik (***). Kemudia untuk setiap variabel manifest juga mempunya nilai pvalue dengan kode asterik (***) yang berarti nilainya sangat kecil (< 0,001) terhadap variabel latent, ini berarti semua indikator/ variabel manifest tersebut dapat menjelaskan variabel latent dengan sangat baik (Ghozali, 2017) sebagaimana disajikan pada Tabel 4 Regression Weights. Tabel 4 Regression Weights Kinerja_Bisnis_UKM Kinerja_Bisnis_UKM OK1 OK2 OK3 OK4 AL1 AL2 AL3 AL4 KB1 KB2 KB3 KB4 <--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--- Orientasi_Kewirausahaan Adaptabilitas_Linkungan Orientasi_Kewirausahaan Orientasi_Kewirausahaan Orientasi_Kewirausahaan Orientasi_Kewirausahaan Adaptabilitas_Linkungan Adaptabilitas_Linkungan Adaptabilitas_Linkungan Adaptabilitas_Linkungan Kinerja_Bisnis_UKM Kinerja_Bisnis_UKM Kinerja_Bisnis_UKM Kinerja_Bisnis_UKM Estimate ,451 ,555 1,000 ,971 1,012 ,801 1,000 ,877 ,854 ,888 1,000 ,954 ,955 ,859 S.E. ,102 ,102 C.R. 4,406 5,444 P *** *** Label par_10 par_11 ,101 ,103 ,105 9,661 9,808 7,633 *** *** *** par_1 par_2 par_3 ,106 ,105 ,102 8,289 8,173 8,689 *** *** *** par_4 par_5 par_6 ,106 ,107 ,109 8,978 8,940 7,906 *** *** *** par_7 par_8 par_9 Sumber: Data primer yang diolah (2020) KESIMPULAN Penelitian ini menunjukan orientasi kewirausahaan berpengaruh positif untuk meningkatkan kinerja bisnis UKM bagi pengusaha batik lasem, hasil serupa juga terdapat pada penelitian (Kusumawardhani, 2013) yang meneliti industri meubeler di UKM Meubel Jepara, serta penelitian (MayerHaug et al, 2013) dengan sample 1002 UKM di beberapa negara seperti jerman, spanyol dan amerika, dari penelitian ini dan berbagai hasil penelitian para pakar sebelumnya dapat disimpulkan pengaplikasian orientasi kewirausahaan yang meliputi inovasi yaitu keinginan menunjukkan produk kontemporer setelah melewati kreatifitas dan pengujian dengan harapan pengembangan produk baru, proses baru, atau servis baru yang dapat di nikmati dan memberikan nilai kepada pelanggan, proaktif yaitu melihat pergerakan lingkungan supaya bisa menciptakan keunggulan melalui penciptaan produk baru maupun proses persaingan ke depan, agresifitas bersaing ialah keinginan supaya bisa unggul dari pada pesaing dalam setiap kondisi didalam bisnis, Risk taking ialah kesiapan dalam menghadapi resiko atas keputusan yang diambil dengan tanggungjawab yang besar dari hasil yang belum bisa dipastikan dan kondisi pasar yang 69 Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72 masih belum diketahui, sangatlah diperlukan dalam kondisi uncontrollable seperti pandemi covid-19. Penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan pengaruh positif dan signifikan adaptabilitas lingkungan dalam meningkatkan kinerja bisnis UKM batik lasem. Hal ini mendukung penelitian (Beal, 2000, p.27, 28, 35) menyatakan bahwa ada 2 (dua) ukuran yang dipakai dalam mengamati lingkungan yaitu tingkat keseringan manajer mengamati lingkungan (frequency) dan luas cakupan dari pengamatan tersebut (scope). Dalam hal ini (Frequency) merujuk terhadap tingkat eksistensi suatu perusahaan dalam mengamati lingkungannya dan digabungkan dengan banyaknya informasi yang didapatkan, ketepatan waktu, dan relevansi tentang seluruh aspek seperti para pesaing, pemasok dan pelanggan dalam lingkungan industri sehingga mampu menentukan takaran yang tepat guna bersaing dan bertahan dalam tekanan industri yang semakin komplek dan terbuka. Pandemi covid-19 ialah suatu kejadian yang berasal dari lingkungan eksternal (external environment) dan relatif tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atau diluar kendali perusahaan, dampak langsung yang berpengaruh pada entitas bisnis berkaitan lansung dengan aktivitas bisnis secara konvensional yaitu dalam bidang pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan operasional. Adaptabilitas Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada orientasi kewirausahaan dalam meningkatkan kinerja bisnis UKM batik lasem, walaupun keduanya memiliki pengaruh yang positif, hal ini menandakan semakin baik suatu badan usaha dalam mengamati dan beradaptasi terhadap perubahan di bisnis, maka akan semakin baik pula kinerja bisnis yang dijalani. Dalam adaptabilitas lingkungan transformasi digital mempunyai pengaruh yang terbesar, itu menandakan perlunya evaluasi bisnis dari para pengusaha batik lasem agar segera mengarah ke digitalisasi. 70 DAFTAR PUSTAKA Beal, R M. 2000. “Competing Effectively: Environmental Scanning, Competitive Strategy and Organisational Performance in Small Manufacturing Firms.” Journal of Small Business Management 38 (January): 27–47. Dess, Gregory G., G. T. Lumpkin, and Alan B. Eisner. 2008. Strategic Management: Creating Competitive Advantages. McGraw-Hill/Irwin. García-salmones, Lourdes, and Jason Z Yin. 2014. “Developing Adaptability for New Competitive Advantage” 2012 (December): 61–73. Ghozali, Imam. 2017. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 24 Edisi 7. Semarang: BP UNDIP. Gibbons, Patrick, Rosemary Kennealy, and Geraldine Lavin. 2003. “Adaptability and Performance Effects of Business Level Strategies: An Empirical Test.” Irish Marketing Review 16 (2): 57–64. Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., & Anderson, R.E. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Homburg, Christian, Ove Jensen, and Harley Krohmer. 2008. “Configurations of Marketing and Sales : A Taxonomy.” Journal of Marketing 72: 133–54. Kusumawardhani, A. 2013. The role of entrepreneurial orientation in firm performance : a study of Indonesian SMEs in the furniture industry in Central Java. Mayer-haug, K., Read, S., Brinckmann, J., Dew, N., & Grichnik, D. 2013. Entrepreneurial talent and venture performance : A meta-analytic investigation of SMEs. Research Policy, 42(6–7), 1251–1273. https://doi.org/10.1016/j.respol.2013.03.0 01 Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021 Meutia. 2013. “Improving Competitive Advantage and Business Performance through the Development of Business Network , Adaptability of Business Environment and Innovation Creativity : An Empirical Study of Batik Small and Medium Enterprises ( SME ) in Pekalongan , Centra” 2 (June): 11–20. Wang, Catherine L. 2008. “Entrepreneurial Orientation, Learning Orientation, and Firm Performance.” Entrepreneurship Theory and Practice 32 (4): 635–57. doi:10.1111/j.1540-6520.2008.00246.x. Wiklund, John, and Dean Shepherd. 2003. “Knowledge-Based Resources, EO, and the Performance of Small and MediumSized Businesses.” Strategic Management Journal 24 (13): 1307– 1314. doi:10.1002/smj.360. 71 Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72 72