Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021
The Existence of Lasem Batik Entrepreneurs during the Covid-19 Pandemic
Nanang Adie Setyawan
Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang, Semarang, Indonesia
Email: nanangadie@polines.ac.id
ABSTRACT
This research was conducted to determine the existence of batik lasem entrepreneurs in
Rembang district during Covid-19 pandemic. Respondents were all batik lasem entrepreneurs
according to data from The Department of Industry, Trade, Cooperatives and SMEs, Rembang
Regency, totaling 120 entrepreneurs. This study uses confirmatory factor analysis techniques
and maximum likelihood estimation in SEM (Structural Equations Modeling) from the statistical
package AMOS 24.0 (Analysis of Moment Structure). The data collection technique used a
questionnaire with a semantic differential scale. The results of study is consistent with the
hypothesis which shows that entrepreneurial orientation significantly affects the performance of
the batik SME business with a koefisien standardized estimated 0.451 and P-value ***, as well
as environmental adaptability has a positive effect on the batik SME business performance with
a koefisien standardized estimated 0.555 and P-value ***. From this research it can be learned
that entrepreneurs can still rise from adversity during covid 19 pandemic if they are able to
adapt to the current environment that tends towards digitalization while still hold firmly to the
principles of entrepreneurship.
Keywords: Existence, SME`s Business Performance, Covid-19, Entrepreneurial Orientation,
Environmental Adaptability.
Eksistensi Pengusaha Batik Lasem di Masa Pandemi Covid-19
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui eksistensi para pengusaha batik lasem di kabupaten
Rembang di tengah pandemi covid-19. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh
pengusaha batik lasem menurut data dari Dinas Perindakop & UKM Kab. Rembang yang
berjumlah 120 pengusaha. Penelitian ini menggunakan teknik analisis faktor konfirmatori dan
maximum likehood estimation pada SEM (Structural Equations Modeling) dari paket statistik
AMOS 24.0 (Analysis of Moment Structure). Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner dengan skala semantik diferensial. Hasil estimasi parameter sesuai dengan hipotesis
bahwa orientasi kewirausahaan secara signifikan mempengaruhi kinerja bisnis UKM batik
dengan nilai estimasi koefisien standardized 0,451 dan P-Value ***, begitu pula dengan
adaptabilitas lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis UKM batik dengan nilai
estimasi koefisien standardized 0,555 dan P-Value ***. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa ditengah pandemi covid-19 saat ini para pengusaha masih bisa bangkit dari keterpurukan
apabila mampu beradaptasi dengan lingkungan saat ini yang cenderung ke arah digitalisasi
dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip kewirausahaan.
Kata kunci : Eksistensi, Kinerja Bisnis UKM, Covid-19, Orientasi Kewirausahaan,
Adaptabilitas Lingkungan.
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/admisi
61
Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72
PENDAHULUAN
Penularan virus corona atau dikenal
secara medis dengan sebutan covid-19 yang
ditemukan pertama kali oleh otoritas
pemerintah China pada tanggal 7 januari 2020
sampai saat ini masih menjadi hal yang
mengkhawatirkan di dunia internasional,
termasuk Indonesia. Dalam kurun waktu tiga
bulan, terdapat lebih dari 117 ribu kasus di
114 negara termasuk Indonsia. Kasus
penyebaran Covid 19 di Indonesia saat ini
terus bertambah dan menjadi penyebab
terhambatnya pertumbuhan ekonomi baik
nasional
maupun
global
dikarenakan
menurunnya mobilisasi dan produktivitas
masyarakat secara keseluruhan.
Penanggulangan kemacetan ekonomi
mulai diupayakan oleh pemerintah dan
seluruh warga negara dengan bahu-membahu
dalam mencari formula yang tepat untuk
memutus rantai penyebaran covid-19 dan
memulihkan kondisi ekonomi nasional.
Penerapan kebijakan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) melalui social
distancing dan work from home (WFH)
menjadi solusi awal untuk menghambat
penyebaran covid 19.
Gambar 1. Data Perusahaan Indonesia yang terdampak Pandemi Covid-19.
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
Menurut data International Labour
Organization (ILO), pada bulan Mei 2020
tercatat sebesar 65% dunia usaha di Indonesia
menghentikan operasi perusahaannya akibat
pandemi virus corona. Data di atas
menjelaskan bahwa sekitar 65% usaha di
Indonesia terkena dampak langsung pandemi
covid-19. International Labour Organization
(ILO) mengemukakan bahwa potensi
kebangkrutan bagi perusahaan berskala kecil
tiga kali lebih besar daripada perusahaan
berskala menengah dan besar.
Hal serupa juga dialami oleh industri
tekstil di Indonesia yang turut mengalami
penurunan pendapatan dan berpotensi
mengalami kebangkrutan di masa pandemi ini
dan menyumbang penurunan devisa bagi
negara, sementara berdasarkan data dari
Kementerian
Perindustrian
Republik
62
Indonesia pada Tahun 2019 tercatat nilai
ekspor produk batik menapai US$17,99 juta
dengan tujuan ekspor ke Jepang, Amerika
Serikat, dan Eropa.
Salah satu industri tekstil yang
terdampak cukup parah oleh pandemi covid19 ialah industri batik lasem di Rembang,
Berdasarkan
catatan
dari
Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UKM Kabupaten Rembang pengusaha batik
lasem saat ini berjumlah 120 pengusaha dari
berbagai kecamatan di Kabupaten Rembang.
Menurut informasi dari pengusaha batik
lasem bahwa dari 10 tahun terakhir tahun
2020 merupakan masa tersulit. Adanya
pandemi covid-19 memangkas pendapatan
mereka lebih dari 60% dari biasanya. Demi
menjaga eksistensi produksi batik lasem agar
tidak mengalami gulung tikar, perlu adanya
Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021
upaya yang serius untuk mempertahankan
keberlangsungan usaha atau lebih dikenal
dengan
business
continuity.
Namun,
dikarenakan bisnis batik di Lasem
merupakan bisnis dalam skala kecil dan
rumahan, rata-rata para pengusaha batik
masih jarang menerapkan manajemen yang
baik dalam berwirausaha. Oleh karenanya,
untuk menjaga stabilitas usaha industri batik
lasem di masa pandemi perlu adanya adaptasi
dengan kondisi lingkungan saat ini melalui
transformasi digital serta mempertahankan
jiwa kewirausahaan agar tetap berinovasi dan
proaktif.
Menurut (Wang, 2008) orientasi
kewirausahaan merupakan suatu orientasi
pengusaha
supaya
berinovasi
dalam
produknya,
mempunyai
keberanian
mengambil resiko dari keputusan bisnis yang
dia ambil dalam usahanya, dan selalu bersikap
proaktif dalam menghadapi para pesaing
dalam industri yang sama.
Pengamatan
lingkungan
guna
mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh
para pesaing, apa yang diminati oleh
pelanggan,
serta
pengamatan
melalui
informasi tentang kejadian, tren, hubungan
dengan
suatu
lingkungan
eksternal
perusahaan ialah tindakan cara beradaptasi
dengan kondisi bisnis yang mana menjadi
referensi bagi manajemen guna merencanakan
strategi dan tindakan di masa depan. (Meutia,
2013).
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka
penelitian ini merumuskan masalah sebagai
berikut “Bagaimana pengaruh orientasi
kewirausahaan dan adapatabilitas lingkungan
terhadap kinerja bisnis UKM pada pengusaha
batik lasem di Kabupaten Rembang dalam
masa pandemi Covid-19”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui bagaimana eksistensi para
pengusaha
batik
Lasem
dalam
mempertahankan kinerja bisnis UKM batik
melalui
orientasi
kewirausahaan
dan
adaptabilitas lingkungan di masa pandemi
covid-19, Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan, bermanfaat bagi para
pengusaha batik lasem di Kabupaten
Rembang guna mempertahankan eksistensi
mereka di masa pandemi covid-19, serta
menjadi bahan informasi bagi Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Rembang
dalam
melakukan program binaan kepada UMKM
Batik Lasem.
Tinjauan Pustaka
Kinerja Bisnis
Suatu perusahaan yang ingin
memiliki keunggulan dalam persaingan bisnis
perlu menciptakan model bisnis yang
dirancang dengan cermat (Meutia, 2013).
Menurut Meutia (2013) bahwa model bisnis
merupakan nilai yang diciptakan oleh
perusahaan kemudian didstribusikan kepada
konsumen
dan
menuju pada tahap
pembayaran yang menghasilkan keutungan.
Beals
(2000)
Mengemukakan
tantangan terbesar dalam pengukuran kinerja
adalah tingkat kompleksitas yang tinggi dari
sebuah konstruk, Sifat kinerja yang multi
dimensional mampu membuat pengukuran
tunggal tidak memberikan pemahaman secara
komprehensif. Akan tetapi (Wang, 2008)
mengutarakan bahwa pengukuran berdasarkan
objektif dan persepsi bisa digunakan untuk
mengukur dan menganalisa kinerja bisnis
perusahaan dalam mencapai sasaran yang di
targetkan sebagai gambaran keberhasilan dari
perusahaan tersebut. Kinerja Bisnis ialah hasil
dari berbagai tindakan atau pelaksanaan tugas
yang dapat diukur serta merupakan konstruk
umum yang sering dipakai guna mengukur
hasil dari strategi perusahaan. (Wiklund &
Shepherd, 2003) menemukan ada beberapa
indikator variabel kinerja bisnis yang dapat
dijadikan acuan dalam sebuah penelitian
meliputi:
Pertumbuhan
Pelanggan,
Pertumbuhan
Penjualan,
Pertumbuhan
Keuntungan, Pertumbuhan Aset.
Orientasi Kewirausahaan
63
Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72
Selaku penggerak, pengendali, dan
pemacu perekonomian suatu bangsa seorang
wirausahawan di tuntut untuk mengubah dan
mengembangkan sumber daya yang ada
menjadi produk/jasa yang bernilai, berguna
dan bermanfaat serta dapat menciptakan
pertumbuhan di industri. Berlimpahnya
berbagai istilah tentang gambaran dari
kewirausahaan tidak membuat pengertiannya
berbeda (Wang, 2008).
Eisner, Lumpkin, Dess, (2008) dalam
jurnalnya mengemukakan ada lima dimensi
yang mendasari Orientasi kewirausahaan
yakni : (1) Autonomy (kedaulatan bertindak)
ialah keinginan akan tindak kemandirian
(independently) agar visi atau kesempatan
kewirausahaan bisa maju dan berkembang,
(2) Innovativeness (inovasi) ialah keinginan
badan usaha dalam menunjukan dan
memamerkan produk kontemporer setelah
melewati kreatifitas dan pengujian dengan
harapan pengembangan produk baru, proses
baru, atau servis baru, (3) Proactiveness
(proaktif) ialah sebagai dasar bagaimana
suatu
perusahaan
melihat
pergerakan
lingkungan
supaya bisa menciptakan
keunggulan melalui penciptaan produk baru
maupun proses persaingan ke depan, (4)
Competitive
aggressiveness
(agresifitas
bersaing) ialah keinginan suatu badan usaha
supaya bisa unggul dari pada pesaing, dan (5)
Risk taking (menghadapi resiko) ialah
kesiapan suatu badan usaha dalam
menghadapi resiko atas keputusan yang
diambil dengan tanggungjawab yang besar
dari hasil yang belum bisa dipastikan dan
kondisi pasar yang masih belum diketahui.
Berdasarkan dari beberapa penelitian
sebelumnya yang menguraikan terkait
indikator dari orientasi kewirausahaan, maka
dalam penelitian ini diambil empat indikator
yang mewakili orientasi kewirausahaan yaitu,
inovasi
(Innovativeness),
proaktif
(Proactiveness),
Agresifitas
bersaing
(Competitive aggressiveness) dan menghadapi
resiko (Risk Taking).
Adaptabilitas Lingkungan
64
Salmones
&
Yin,
(2014)
mengemukakan dalam teori kontigensi yang
merupakan akar dari konsep adaptasi terhadap
lingkungan perusahaan yang muncul di tahun
1960-an menerangkan bahwa kemampuan
beradaptasi ialah kapabilitas organisasi untuk
merubah sumber daya internal guna
menanggapi kondisi lingkungan eksternal.
Kemampuan beradaptasi berada di tingkat
yang berbeda yaitu kemampuan mengikuti
perubahan lingkungan dan tindakan baru
dalam melaksakanan strategi, kemampuan
mengatasi masalah dan antisipasinya,
kemampuan menyesuaikan dengan cepatnya
perubahan lingkungan, dan kemampuan
melewati
krisis
dan
ketidakpastian
lingkungan.
Homburg,
et.
al,
(2008)
mengutarakan tingkat persaingan yang
kompleks pada abad ini disebabkan oleh
revolusi teknologi dan globalisasi yang
membuat lapangan persaingan semakin ketat.
Kaburnya batasan yang pasti antar industri
dan dinamika lingkungan eksternal yang
semakin tidak dapat diprediksi, meningkatnya
ketidakpastian, menyebabkan ketepatan dan
kecepatan respon terhadap perubahan
lingkungan menjadi faktor penting dalam
kesuksesan bagi perusahaan.
Oleh karena itu, pada masa sekarang
kemampuan perusahaan dalam merespon
perubahan yang terjadi di lingkungan
eksternal sedang diuji untuk mencapai
keunggulan bersaing. (Salmones & Yin,
2014). Menurut keterangan (Gibbons, 2003)
kemampuan adaptasi lingkungan ialah
kemampuan pengusaha dalam merespon
dengan cepat ketika ada perubahan. Faktor
intensitas kompetisi merupakan bagian dari
penyebab suatu organisasi diwajibkan
mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
lingkungan, dengan kemajuan teknologi saat
ini dunia bisnis harus mampu mengubah pola
konvensional ke arah digitalisasi dengan
tranformasi
digital.
Meutia
(2013)
mengemukakan transformasi digital memiliki
tujuan
penggunaan
teknologi
untuk
meningkatkan kinerja atau jangkauan dari
Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021
sebuah perusahaan secara umum.
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam
penelititan ini adalah data primer yang diolah
secara kuantitatif. Adapun sumber data dalam
penelitian ini menggunakan data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan
cara survei dan wawancara dengan
menggunakan kuisioner dengan skala
semantik diferensial kepada para pengusaha
batik lasem yang berjumlah 120 responden,
penelitian ini menggunakan metode sensus
dengan mengambil data dari seluruh populasi.
Data sekunder diperoleh dari
Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UMKM Kabupaten Rembang, Penganalisaan
data penelitian ini menggunakan teknik
analisis faktor konfirmatori dan maximum
likehood estimation pada SEM (Structural
Equations Modeling) dari paket statistik
AMOS 24.0 (Analysis of Moment Structure).
Langkah-langkah
yang
harus
dilakukan yaitu meliputi: (1) Pengembangan
model berdasarkan teori, (2) Menyusun
diagram jalur dan persamaan struktural, (3)
Memilih jenis input matrik dan estimasi
model yang diusulkan, (4) Menilai
identifikasi model struktural (5) Menilai
Kriteria Goodness of fit, (7) Interpretasi dan
modifikasi model (Ghozali, 2017).
Dalam menilai kriteria goodness of
fit hasil pengujian signifikansi model
dilaksanakan dengan cara menguji Chi Square
(model dikatakan semakin baik apabila
semakin kecil nilai χ2, dan bisa diterima
berasaskan probabilitas dengan cut-off value
sebesar p> 0,05 atau p>0,010), GFI
(Goodness of fit Index), CFI (Comparative Fit
Index), AGFI (Adjusted Goodness of Fit
Index), RMSEA (Root Mean Square Error of
Approximation), TLI (Tucker Lewis Index),
CMIN/DF
(The
Minimum
Sample
Discrepancy Function Devided with degree of
freedom), adalah statistik chisquare χ2 di bagi
dengan degree of freedom-nya maka disebut
χ2 relative. Ada beberapa pengujian asumsi
evaluasi model struktural yang harus
dicermati untuk menentukan kriteria goodness
of fit yaitu evaluasi univariate outliar,
multivariate ouliar, evaluasi normalitas data,
dan evaluasi Multikolinearitas (Ghozali,
2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas dan Reliabilitas
Ghozali (2017) menjelaskan bahwa
indikator dari variabel disebut valid jika nilai
estimate pada Standardized Regression
Weights atau lebih dikenal dengan loading
faktor lebih besar dari 0,05. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa variabel Orientasi
Kewirausahaan memiliki nilai construct
reliability sebesar 0.829, Adaptabilitas
Lingkungan 0.801, Kinerja Bisnis UKM
0.814. Nilai construct reliability dari ketiga
variabel tersebut lebih besar dari cut off value
0,7 maka indikator-indikator memiliki
konsistensi internal yang baik. Kemudian
untuk nilai variance extracted, variabel
Orientasi Kewirausahaan memiliki sebesar
0.550, Adaptabilitas Lingkungan 0.503,
Kinerja Bisnis UKM 0.523. Nilai variance
extracted akan lebih kecil dibandingkan
dengan nilai construct reliability. Oleh karena
ketiga variabel memperoleh nilai varaince
extracted >0.50 maka seluruh indikator
dinyatakan
reliabel
(Ghozali,
2017).
sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
65
Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72
Tabel 1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Standard
Standard Measuremen Variance Contruct
Loading
Loading2
Error
Variabel Laten
Extracted Reliability
(Loading
2
2
(AVE)
(CR)
(⅀λi )
(1 - ⅀λi )
Factor)
OK1
0,773
0,59753
0,40247
OK2
0,770
0,5929
0,4071
Orientasi
0,55076
0,82971
Kewirausahaan
OK3
0,779
0,60684
0,39316
OK4
0,637
0,40577
0,59423
2,959
2,20304
1,79696
⅀λi
AL1
0,771
0,59444
0,40556
AL2
0,679
0,46104
0,53896
Adaptabiltias
0,50345
0,80173
Lingkungan
AL3
0,675
0,45563
0,54438
AL4
0,709
0,50268
0,49732
2,834
2,01379
1,98621
⅀λi
KB1
0,762
0,58064
0,41936
KB2
0,734
0,53876
0,46124
Kinerja Bisnis
0,5234
0,81416
UKM
KB3
0,733
0,53729
0,46271
KB4
0,661
0,43692
0,56308
2,890
2,09361
1,90639
⅀λi
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
Evaluasi Normalitas Data
Assessment of normality merupakan
output
untuk menguji
apakah data
terdistribusi secara normal sebagai syarat
asumsi yang harus dipenuhi dengan Maximum
Likehood. Normalitas secara univariat dapat
di lihat dari besaran nilai Critical Ratio (CR)
dari skewness dan Critical Ratio (CR) dari
66
kurtosis dengan rentang ± 2,58 dan dan
Normalitas secara multivariate dapat dilihat di
kolom paling bawah Critical Ratio (CR) dari
kurtosis dengan rentang ± 2,58 pada tingkat
signifikansi 0.01 (Ghozali, 2017). Adapun
normalitas data melalui AMOS 24
sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021
Tabel 2 Assessment of normality
Variable
min
max skew
c.r. kurtosis
KB4
1,000 5,000 -,014 -,062
-,359
KB3
1,000 5,000 ,003
,015
-,324
KB2
1,000 5,000 ,011
,049
-,330
KB1
1,000 5,000 ,007
,030
-,403
AL4
1,000 5,000 -,019 -,086
-,362
AL3
1,000 5,000 -,033 -,149
-,398
AL2
1,000 5,000 -,002 -,008
-,407
AL1
1,000 5,000 ,014
,064
-,441
OK4
1,000 5,000 ,017
,075
-,364
OK3
1,000 5,000 ,032
,141
-,407
OK2
1,000 5,000 -,026 -,117
-,393
OK1
1,000 5,000 ,015
,069
-,373
Multivariate
1,952
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
Evaluasi Univariate & Multivariate Outlier
Mahalanobis Distance digunakan
untuk mengukur apakah ada data yang outlier
yaitu mendeteksi skor observasi yang jauh
berbeda dengan skor centroid untuk 120
kasus. Pada tabel 4.3 dapat di lihat bahwa
jarak minimal mahalanobis yaitu sebesar
7,629 dan maksimal adalah 24,812. Ada atau
tidaknya outlier dapat diketahui dari nilai
mahalanobis yang melebihi nilai chi – square.
Adapun
chi – square dengan derajat
kebebasan 12 (jumlah indikator variabel) pada
tingkat signifikansi 0,001 yaitu 26.216. maka
tidak terdapat outlier (Ghozali, 2017)
Evaluasi Multikolinearitas
Menurut (Hair et al, 2010) gejala
multikolineritas bisa di lihat melalui matrix
sample correlations, jika nilai yang dihasilkan
dari tiap-tiap indikator lebih kecil dari (<)
0,90 maka dapat dinyatakan tidak terdapat
gejala multikoleniaritas. Hasil olah data pada
penelitian ini menunjukkan tidak adanya
gejala multikolinearitas pada matrix sample
c.r.
-,803
-,725
-,739
-,901
-,809
-,890
-,909
-,987
-,814
-,911
-,880
-,834
,583
correlations.
Interpretasi dan Modifikasi Model
Esensi dari SEM ialah penentuan fit
antara restricted covariance matrix dan
sample covariance matrix, maka model dapat
dikatakan
baik,
apabila
nilai
dari
Standardized Residual Covariance adalah
tidak melebihi +2,58 (Ghozali, 2017). Adapun
Hasil Standardized Residual Covariance pada
output model penelitian menyatakan tidak ada
nilai yang melebihi dari standar yang telah
ditentukan.
Hasil
Pengujian
Model
Persamaan
Struktural
Dalam penelitian ini dibentuklah
model persamaan struktural menggunakan
aplikasi AMOS 24 dengan tiga konstruk atau
variabel latent yang terdiri dari orientasi
kewirausahaan, adaptablitas lingkungan dan
kinerja bisnis UKM dengan masing-masing
variabel latent diukur oleh empat variabel
manifest (Ghozali, 2017).
67
Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
Gambar 2. Model Struktural Penelitian
Hasil pengujian terhadap kriteria
goodness of fit dalam program AMOS 24
menunjukan bahwa analisis structural
equation modeling dalam penelitian ini dapat
diterima sesuai dengan model fit dengan nilai
Chi-square =56,035, Probabilitas = 0,172 DF
= 47, GFI = 0.927, AGFI = 0,879, CFI =
0,991, TLI = 0,987 dan RSMEA = 0,040.
Berdasarkan model fit ini dapat disimpulkan
bahwa model memenuhi kriteria goodness of
fit. Oleh karena itu model persamaan strutural
pada penelitian ini cocok dan layak untuk
digunakan
sehingga
dapat
dilakukan
interpresi guna pembahasan lebih lanjut
(Ghozali, 2017). sebagaimana disajikan pada
Gambar 2 & Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria Cut Value Hasil Evaluasi
GoodnessHasil
Evaluasi
Cut of Value
of-fit indek
Analisis
Model
Chi-Square (Kecil) ≤64.000
56.035
Baik
Probability
≥0.05
0.172
Baik
GFI
≥0.90
0.927
Baik
AGFI
≥0.90
0.879
Marginal
TLI
≥0.90
0.987
Baik
CFI
≥0.90
0.991
Baik
DF
≤2.00
47
Baik
RMSEA
≤0.08
0.040
Baik
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
Hasil output pada Regression
Weights menerangkan bahwa setiap indikator
atau variabel manifest yang mencerminkan
variabel latent memiliki nilai critical ratio
68
(CR) lebih besar (>) dari 1,96 sama dengan
nilai t pada regresi (>)1,96 dan P (Probabilitas
signifikansi) dengan *** berarti by default
signifikan pada 0.001. Hasil output hubungan
Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021
struktural dari tiga konstruk menunjukkan
bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh
positif terhadap kinerja bisnis UKM dengan
nilai estimasi sebesar 0,451 dan signifikan
pada p-value yang dihasilkan (kolom P)
berupa tiga buah asterik (***) yang berarti
nilainya sangat kecil (< 0,001) (Ghozali,
2017). Kemudian adaptabilitas lingkungan
berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis
UKM dengan koefisien standardized sebesar
0,555 dan signifikan pada p-value dengan
kode asterik (***). Kemudia untuk setiap
variabel manifest juga mempunya nilai pvalue dengan kode asterik (***) yang berarti
nilainya sangat kecil (< 0,001) terhadap
variabel latent, ini berarti semua indikator/
variabel manifest tersebut dapat menjelaskan
variabel latent dengan sangat baik (Ghozali,
2017) sebagaimana disajikan pada Tabel 4
Regression Weights.
Tabel 4 Regression Weights
Kinerja_Bisnis_UKM
Kinerja_Bisnis_UKM
OK1
OK2
OK3
OK4
AL1
AL2
AL3
AL4
KB1
KB2
KB3
KB4
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
Orientasi_Kewirausahaan
Adaptabilitas_Linkungan
Orientasi_Kewirausahaan
Orientasi_Kewirausahaan
Orientasi_Kewirausahaan
Orientasi_Kewirausahaan
Adaptabilitas_Linkungan
Adaptabilitas_Linkungan
Adaptabilitas_Linkungan
Adaptabilitas_Linkungan
Kinerja_Bisnis_UKM
Kinerja_Bisnis_UKM
Kinerja_Bisnis_UKM
Kinerja_Bisnis_UKM
Estimate
,451
,555
1,000
,971
1,012
,801
1,000
,877
,854
,888
1,000
,954
,955
,859
S.E.
,102
,102
C.R.
4,406
5,444
P
***
***
Label
par_10
par_11
,101
,103
,105
9,661
9,808
7,633
***
***
***
par_1
par_2
par_3
,106
,105
,102
8,289
8,173
8,689
***
***
***
par_4
par_5
par_6
,106
,107
,109
8,978
8,940
7,906
***
***
***
par_7
par_8
par_9
Sumber: Data primer yang diolah (2020)
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukan orientasi
kewirausahaan berpengaruh positif untuk
meningkatkan kinerja bisnis UKM bagi
pengusaha batik lasem, hasil serupa juga
terdapat pada penelitian (Kusumawardhani,
2013) yang meneliti industri meubeler di
UKM Meubel Jepara, serta penelitian (MayerHaug et al, 2013) dengan sample 1002 UKM
di beberapa negara seperti jerman, spanyol
dan amerika, dari penelitian ini dan berbagai
hasil penelitian para pakar sebelumnya dapat
disimpulkan
pengaplikasian
orientasi
kewirausahaan yang meliputi inovasi yaitu
keinginan menunjukkan produk kontemporer
setelah melewati kreatifitas dan pengujian
dengan harapan pengembangan produk baru,
proses baru, atau servis baru yang dapat di
nikmati dan memberikan nilai kepada
pelanggan, proaktif yaitu melihat pergerakan
lingkungan
supaya bisa menciptakan
keunggulan melalui penciptaan produk baru
maupun proses persaingan ke depan,
agresifitas bersaing ialah keinginan supaya
bisa unggul dari pada pesaing dalam setiap
kondisi didalam bisnis, Risk taking ialah
kesiapan dalam menghadapi resiko atas
keputusan
yang
diambil
dengan
tanggungjawab yang besar dari hasil yang
belum bisa dipastikan dan kondisi pasar yang
69
Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72
masih belum diketahui, sangatlah diperlukan
dalam kondisi uncontrollable seperti pandemi
covid-19.
Penelitian
ini
memperlihatkan
adanya hubungan pengaruh positif dan
signifikan adaptabilitas lingkungan dalam
meningkatkan kinerja bisnis UKM batik
lasem. Hal ini mendukung penelitian (Beal,
2000, p.27, 28, 35) menyatakan bahwa ada 2
(dua) ukuran yang dipakai dalam mengamati
lingkungan yaitu tingkat keseringan manajer
mengamati lingkungan (frequency) dan luas
cakupan dari pengamatan tersebut (scope).
Dalam hal ini (Frequency) merujuk terhadap
tingkat eksistensi suatu perusahaan dalam
mengamati lingkungannya dan digabungkan
dengan
banyaknya
informasi
yang
didapatkan, ketepatan waktu, dan relevansi
tentang seluruh aspek seperti para pesaing,
pemasok dan pelanggan dalam lingkungan
industri sehingga mampu menentukan takaran
yang tepat guna bersaing dan bertahan dalam
tekanan industri yang semakin komplek dan
terbuka.
Pandemi covid-19 ialah suatu
kejadian yang berasal dari lingkungan
eksternal (external environment) dan relatif
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atau
diluar kendali perusahaan, dampak langsung
yang berpengaruh pada entitas bisnis
berkaitan lansung dengan aktivitas bisnis
secara konvensional yaitu dalam bidang
pemasaran, keuangan, sumber daya manusia
dan operasional. Adaptabilitas Lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih besar
daripada orientasi kewirausahaan dalam
meningkatkan kinerja bisnis UKM batik
lasem,
walaupun
keduanya
memiliki
pengaruh yang positif, hal ini menandakan
semakin baik suatu badan usaha dalam
mengamati
dan
beradaptasi
terhadap
perubahan di bisnis, maka akan semakin baik
pula kinerja bisnis yang dijalani. Dalam
adaptabilitas lingkungan transformasi digital
mempunyai pengaruh yang terbesar, itu
menandakan perlunya evaluasi bisnis dari
para pengusaha batik lasem agar segera
mengarah ke digitalisasi.
70
DAFTAR PUSTAKA
Beal, R M. 2000. “Competing Effectively:
Environmental Scanning, Competitive
Strategy and Organisational Performance
in Small Manufacturing Firms.” Journal
of Small Business Management 38
(January): 27–47.
Dess, Gregory G., G. T. Lumpkin, and Alan
B. Eisner. 2008. Strategic Management:
Creating
Competitive
Advantages.
McGraw-Hill/Irwin.
García-salmones, Lourdes, and Jason Z Yin.
2014. “Developing Adaptability for New
Competitive
Advantage”
2012
(December): 61–73.
Ghozali, Imam. 2017. Model Persamaan
Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program AMOS 24 Edisi 7. Semarang:
BP UNDIP.
Gibbons, Patrick, Rosemary Kennealy, and
Geraldine Lavin. 2003. “Adaptability and
Performance Effects of Business Level
Strategies: An Empirical Test.” Irish
Marketing Review 16 (2): 57–64.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., &
Anderson, R.E. 2010. Multivariate Data
Analysis. Seventh Edition. Prentice Hall,
Upper Saddle River, New Jersey.
Homburg, Christian, Ove Jensen, and Harley
Krohmer. 2008. “Configurations of
Marketing and Sales : A Taxonomy.”
Journal of Marketing 72: 133–54.
Kusumawardhani, A. 2013. The role of
entrepreneurial orientation in firm
performance : a study of Indonesian
SMEs in the furniture industry in Central
Java.
Mayer-haug, K., Read, S., Brinckmann, J.,
Dew, N., & Grichnik, D. 2013.
Entrepreneurial talent and venture
performance :
A
meta-analytic
investigation of SMEs. Research Policy,
42(6–7),
1251–1273.
https://doi.org/10.1016/j.respol.2013.03.0
01
Admisi dan Bisnis, Volume 22 Nomor 1 Tahun 2021
Meutia. 2013. “Improving Competitive
Advantage and Business Performance
through the Development of Business
Network , Adaptability of Business
Environment and Innovation Creativity :
An Empirical Study of Batik Small and
Medium Enterprises ( SME ) in
Pekalongan , Centra” 2 (June): 11–20.
Wang, Catherine L. 2008. “Entrepreneurial
Orientation, Learning Orientation, and
Firm Performance.” Entrepreneurship
Theory and Practice 32 (4): 635–57.
doi:10.1111/j.1540-6520.2008.00246.x.
Wiklund, John, and Dean Shepherd. 2003.
“Knowledge-Based Resources, EO, and
the Performance of Small and MediumSized
Businesses.”
Strategic
Management Journal 24 (13): 1307–
1314. doi:10.1002/smj.360.
71
Setyawan/AdBis 22, 1, 2021: 61 - 72
72