Lahan Garam Terbesar Indonesia Ada di Madura

Selasa, 12 Juni 2018 - 15:32 WIB
Lahan Garam Terbesar Indonesia Ada di Madura
Lahan Garam Terbesar Indonesia Ada di Madura
A A A
PEMEKASAN - Madura ternyata menyimpan potensi lahan garam terbesar di Indonesia yang mencapai 15.000 hektar lahan garam. Indonesia yang memiliki garis pantai terbesar kedua di dunia, akan tetapi produksi garamnya masih sangat rendah

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengungkapkan, dari Aceh tercatat yang hanya memiliki lahan garam 11.000, Jawa Tengah 6.000 hektar hingga Papua. Namun ada satu kabupaten yang memiliki lahan garam terbesar di Indonesia yakni Madura.

"Mulai Aceh sampai Papua lahan garam terbesar ternyata ada di Madura. Terbesar. Sampai 15.000 hektar garam. Madura pun menjadi penyuplai terbesar garam di Indonesia," katanya pada pembukaan Tambak Garam Laboratorium Lapang Pusat Unggulan Iptek Garam- Universitas Trunojoyo Madura (UTM) di Pamekasan.

Oleh karena itu, terang dia, Presiden Joko Widodo mengeluarkan instruksi kepada tiga kota untuk membuka lahan baru sebagai daerah pemasok kebutuhan garam dalam negeri. Pilihan pertama ada di Pamekasan, Madura. Lalu kedua dipilih Jeneponto, Sulawesi Selatan dan kota ketiga yakni di Nusa Tenggara Barat yaitu kota Bipolo.

Madura punya potensi produksi garam paling besar, lantaran lahannya yang sangat luas yakni mencapai 15.000 hektar lahan. Hal itu bila dibandingkan dengan lain, seperti Bipolo yang hanya ada 1.500 hektar lahan.

Nasir pun meminta masalah lahan ini dicarikan solusi dengan teknologi. Misalnya saja lahan garam dibuat bertingkat agar tidak memakan lahan banyak. "Seperti rumah dibuat bertingkat. Jadi lahannya naik ke atas agar tidak makan lahan banyak," terangnya.

Indonesia sendiri hingga saat ini masih bergantung pada garam impor, alasannya kandungan NaCI garam luar negeri di atas 92%. Sedangkan garam lokal di bawah 90%. Disini menurutnya teknologi memegang peranan penting selain masalah lahan dan kandungan NaCInya.

Teknologi pun, kata dia, diyakini akan bisa mengerek harga garam yang saat ini kala panen hanya dihargai Rp2.000 per kilogram. Sembung Nasir menjelaskan, dengan teknologi maka garam industri jika meningkat menjadi garam farmasi bisa dihargai hingga Rp200.000/kg sedangkan garam analisa bahkan bisa seharga Rp150.000/kg.

"Kebutuhan garam itu sangat tinggi. Untuk garam konsumsi, industri, farmasi dan analisa. Kebutuhan pertahun garam itu 4,4 juta ton sementara produksi garam kita hanya 1,2-1,6 juta ton pertahun," paparnya.

Nasir mengatakan, PUI yang ada di Pamekasan merupakan satu-satunya PUI yang bergerak dibidang garam. Dia berharap dengan adanya kampus yang mengelola, maka akan ada inovasi yang diciptakan agar bisa memacu produksi garam di Indonesia. Dia berharap, UTM bisa menghasilkan garam yang unik dari Pamekasan sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3901 seconds (0.1#10.140)